Ilmu syar’i adalah perkara yang agung, mempelajarinya adalah ibadah dan memiliki banyak keutamaan. Simak tulisan ringkas ini untuk mengenal apa saja keutamaan ilmu syar’i dan mempelajarinya.
Definisi ilmu syar’i
Ilmu syar’i adalah ilmu yang mempelajari tentang syariat yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan:
علم ما أنزل الله على رسوله من البينات والهدى
“(Ilmu syar’i) adalah ilmu tentang apa yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya berupa penjelasan-penjelasan dan petunjuk” (Kitabul Ilmi, 9).
Maka semua ilmu yang mengantarkan kita untuk memahami agama, itulah ilmu syar’i. Adapun yang selain itu maka bukan ilmu syar’i walaupun dikemas dengan “islami”. Oleh karena itu Imam Asy Syafi’i mengatakan:
كل العلـوم سـوى القرآن مشغلة
إلا الحـديث وإلا الفقه في الـدين
العلـم مـا كـان فيـه قال حدثنا
وما سوى ذاك وسواس الشـياطين
“setiap ilmu selain Al Qur’an itu menyibukkan, kecuali ilmu hadits, dan ilmu fiqih. Ilmu adalah yang di dalamnya terdapat perkataan haddatsana, dan yang selain itu hanyalah was-was setan” (Thabaqat Asy Syafi’iyah Kubra, 1/297).
Keutamaan ilmu
1. Allah memuji orang yang berilmu
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”” (QS. Az Zumar: 9).
2. Orang berilmu diangkat derajatnya oleh Allah
Allah Ta’ala juga berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS. Al Mujadalah: 11).
3. Ilmu pada diri seseorang adalah tanda kebaikan
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda,
مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفقِّهْهُ في الدِّينِ
“Orang yang dikehendaki oleh Allah untuk mendapatkan kebaikan, akan dimudahkan untuk memahami ilmu agama” (HR. Bukhari no. 71, Muslim no. 1037).
4. Diridhai dan didoakan oleh para Malaikat
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إنَّ الملائكةَ تضَعُ أجنحتَها لطالبِ العِلمِ رضًا بما يصنَعُ
“Sesungguhnya para Malaikat mereka melebarkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan” (HR. Ibnu Hibban no. 1321, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 6297).
5. Mengalirkan pahala ketika sudah meninggal
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إذا مات الإنسانُ انقطع عنه عملُه إلا من ثلاثةٍ : إلا من صدقةٍ جاريةٍ . أو علمٍ ينتفعُ به . أو ولدٍ صالحٍ يدعو له
“Jika seseorang mati, maka terputuslah amalannya, kecuali tiga hal: sedekah jariyah (yang terus mengalirkan pahala), ilmu yang bermanfaat (yang ia tinggalkan), anak shalih yang senantiasa mendoakannya” (HR. Muslim no. 1631).
6. Karena keutamaannya, dibolehkan iri orang yang berilmu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لا حسدَ إلا في اثنتين : رجلٌ آتاه اللهُ مالًا؛ فسلَّطَ على هَلَكَتِه في الحقِّ ، ورجلٌ آتاه اللهُ الحكمةَ؛ فهو يَقضي بها ويُعلمُها
“tidak boleh hasad kecuali pada dua orang: seseorang yang diberikan harta oleh Allah, kemudian ia habiskan harta tersebut di jalan yang haq, dan seseorang yang diberikan oleh Allah ilmu dan ia memutuskan perkara dengan ilmu tersebut dan juga mengajarkannya” (HR. Al Bukhari 73, Muslim 816).
7. Hamba yang terbaik adalah yang memiliki harta dan berilmu
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إنما الدنيا لأربعةِ نفرٍ ؛ عبدٌ رزقَه اللهُ مالًا و علمًا فهو يتَّقي فيه ربَّه ، و يصِلُ فيه رَحِمَه ، و يعلمُ للهِ فيه حقًّا ، فهذا بأفضلِ المنازلِ ، و عبدٌ رزقَه اللهُ علمًا ، و لم يرزقْه مالًا ، فهو صادقُ النَّيَّةِ ، يقولُ : لو أنَّ لي مالًا لعملتُ بعملِ فلانٍ ، فهو بنِيَّتِه ، فأجرُهما سواءٌ و عبدٌ رزقَه اللهُ مالًا ، و لم يرزقْه عِلمًا يخبِطُ في مالِه بغيرِ علمٍ ، و لا يتَّقي فيه ربَّه ، و لا يصِلُ فيه رَحِمَه ، و لا يعلمُ للهِ فيه حقًّا ، فهذا بأخبثِ المنازلِ ، و عبدٌ لم يرزقْه اللهُ مالًا و لا علمًا فهو يقولُ : لو أنَّ لي مالًا لعملتُ فيه بعملِ فلانٍ ، فهو بنيَّتِه ، فوزرُهما سواءٌ
“Dunia itu untuk 4 orang:
1. Hamba yang diberi rizki oleh Allah berupa harta dan ilmu (agama), ia bertaqwa kepada kepada Allah dengan ilmu dan hartanya, ia gunakan untuk menyambung silaturahim, ia mengetahui di dalamnya terdapat hak Allah, inilah kedudukan yang paling utama
2. Hamba yang diberi rizki oleh Allah berupa ilmu (agama), namun tidak diberi harta. Namun niatnya tulus. Ia berkata: andai aku memiliki harta aku akan beramal sepert Fulan (nomor 1), dan ia sungguh-sungguh dengan niatnya tersebut. Maka antara mereka berdua (nomor 1 dan 2) pahalanya sama
3. Hamba yang diberi rizki oleh Allah berupa harta, namun tidak diberi ilmu (agama). Ia membelanjakan hartanya tanpa ilmu, ia juga tidak bertaqwa dalam menggunakan hartanya, dan tidak menyambung silaturahmi dengannya, ia juga tidak mengetahui hak Allah di dalamnya. Ini adalah seburuk-buruk kedudukan.
4. Hamba yang tidak diberi rizki dan juga tidak diberi ilmu (agama). Ia pun berkata: Andai saya memiliki harta maka saya akan beramal seperti si Fulan (yang ke-3), dan ia sungguh-sungguh dengan niatnya itu, maka mereka berdua (nomor 3 dan 4) dosanya sama”
(HR. At Tirmidzi no. 2325, ia berkata: “hasan shahih”).
8. Terhindar dari laknat di dunia
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ألا إنَّ الدُّنيا ملعونةٌ ملعونٌ ما فيها ، إلَّا ذِكرُ اللَّهِ وما والاهُ ، وعالِمٌ ، أو متعلِّمٌ
“Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu terlaknat. Semua yang ada di dalamnya terlaknat kecuali dzikrullah serta orang yang berdzikir, orang yang berilmu agama dan orang yang mengajarkan ilmu agama” (HR. At Tirmidzi 2322, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).
9. Diberi cahaya di wajah di dunia dan akhirat
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
نضَّرَ اللَّهُ امرأً سمِعَ مَقالتي فبلَّغَها فربَّ حاملِ فقهٍ غيرِ فقيهٍ وربَّ حاملِ فقهٍ إلى من هوَ أفقَهُ مِنهُ
“Allah akan mencerahkan wajah seseorang (di dunia dan di akhirat) yang mendengarkan sabda-sabdaku, lalu menyampaikannya (kepada orang lain). Karena betapa banyak orang yang membawa ilmu itu sebenarnya tidak memahaminya. Dan betapa banyak orang disampaikan ilmu itu lebih memahami dari pada yang membawakan ilmu kepadanya” (HR. Ibnu Majah no. 2498, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).
10. Akan dimudahkan jalannya menuju surga
11. Dimintakan ampunan oleh penduduk langit dan bumi
12. Lebih utama dari ahli ibadah
13. Orang yang berilmu adalah pewaris para Nabi
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَن سلَك طريقًا يطلُبُ فيه عِلْمًا، سلَك اللهُ به طريقًا مِن طُرُقِ الجَنَّةِ، وإنَّ الملائكةَ لَتضَعُ أجنحتَها رِضًا لطالبِ العِلْمِ، وإنَّ العالِمَ ليستغفِرُ له مَن في السَّمواتِ ومَن في الأرضِ، والحِيتانُ في جَوْفِ الماءِ، وإنَّ فَضْلَ العالِمِ على العابدِ كفَضْلِ القمَرِ ليلةَ البَدْرِ على سائرِ الكواكبِ، وإنَّ العُلَماءَ ورَثةُ الأنبياءِ، وإنَّ الأنبياءَ لم يُورِّثوا دينارًا ولا درهًما، ورَّثوا العِلْمَ، فمَن أخَذه أخَذ بحظٍّ وافرٍ
“Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya untuk menuju surga. Dan para Malaikat akan merendahkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu, karena ridha kepada mereka. Dan orang yang berilmu itu dimintakan ampunan oleh semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi, juga oleh ikan-ikan yang ada di kedalaman laut. Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu dibandingkan orang yang ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama dibandingkan seluruh bintang-bintang. Dan para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, Namun mereka mewariskan ilmu, barangsiapa yang menuntut ilmu sungguh ia mengambil warisan para Nabi dengan jumlah yang besar” (HR. At Tirmidzi no. 2682, Abu Daud no. 3641, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
14. Nabi memerintahkan untuk mengikat ilmu
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
قيِّدوا العِلمَ بالكتابِ
“Ikatlah ilmu dengan menulis” (HR. Luwain Al Mashishi dalam Al Ahadits[2/24], Ibnu Syahin dalam An Nasikh wal Mansukh [2/65], Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Al Ilmi [1/72], dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah [2026])
15. Orang berilmu memberi banyak manfaat untuk manusia
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَثَلُ مَا بَعَثَنِى اللَّهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا ، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ ، فَأَنْبَتَتِ الْكَلأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ ، وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ ، فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا ، وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى ، إِنَّمَا هِىَ قِيعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً ، وَلاَ تُنْبِتُ كَلأً ، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقِهَ فِى دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِى اللَّهُ بِهِ ، فَعَلِمَ وَعَلَّمَ ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا ، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ
“Permisalan orang yang mendapatkan apa yang aku diutus dengannya, yaitu al huda (amal shalih) dan al ilmu (ilmu yang bermanfaat), ia bagaikan hujan yang jatuh ke tanah. Ada tanah yang subur, yang menerima air, ia menumbuhkan rumput dan tanaman yang banyak. Ada tanah ajadib yang menahan air, Allah membuatnya bermanfaat bagi manusia. Mereka minum air tersebut dan dijadikan minuman untuk ternak dan ladang mereka. Dan hujan juga jatuh pada jenis tanah yang lain, yaitu qii’an, yang tidak menahan air dan juga tidak menumbuhkan tanaman. Maka tanah yang pertama semisal dengan orang yang memahami agama Allah dan memberikan manfaat pada orang lain berupa ilmu yang aku diutus dengannya, ia berilmu dan mengamalkan ilmunya. Tanah yang kedua semisal dengan orang yang tidak menegakkan kepala kepada ilmu (menerima ilmu tapi, tidak memahami), dan tanah yang ketiga semisal dengan orang yang tidak menerima petunjuk yang aku diutus dengannya” (HR. Al Bukhari no. 79, Muslim no. 2282).
16. Ilmu merupakan karunia yang besar
Allah Ta’ala berfirman:
وَأَنزَلَ اللَّهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُن تَعْلَمُ ۚ وَكَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيمًا
“Dan Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur-an) dan hikmah (As-Sunnah) kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu sangat besar” (QS. An-Nisaa’: 113).
17. Menuntut ilmu merupakah jihad fi sabilillah
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَن دخَل مسجِدَنا هذا لِيتعلَّمَ خيرًا أو يُعلِّمَه كان كالمُجاهِدِ في سبيلِ اللهِ ومَن دخَله لغيرِ ذلكَ كان كالنَّاظرِ إلى ما ليس له
“Barangsiapa yang memasuki masjid kami ini (masjid Nabawi) untuk mempelajari kebaikan atau untuk mengajarinya, maka ia seperti mujahid fi sabilillah. Dan barangsiapa yang memasukinya bukan dengan tujuan tersebut, maka ia seperti orang yang sedang melihat sesuatu yang bukan miliknya” (HR. Ibnu Hibban no. 87, dihasankan Al Albani dalam Shahih Al Mawarid, 69).
18. Termasuk manusia terbaik
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خيرُكم مَن تعلَّم القرآنَ وعلَّمه
“Yang terbaik di antara kalian adalah yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari no. 5027).
19. Allah Ta’ala membedakan orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” (QS. Az Zumar: 9).
20. Allah tidak memerintahkan Nabi-Nya untuk meminta tambahan sesuatu kecuali ilmu
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
“Katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu” (QS. Thaha: 114).
21. Ilmu membuahkan rasa takut kepada Allah
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).
22. Ilmu membuat pemiliknya jauh dari cinta dunia, dan sadar bahwa akhirat adalah tujuan
Allah Ta’ala mengisahkan tentang Qarun:
فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ
“Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar“” (QS. Al Qashash: 79-80).
23. Majelis ilmu disebut sebagai taman surga
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إذا مررتُم برياضِ الجنَّةِ فارْتَعوا قال : و ما رِياضُ الجنَّةِ ؟ قال : حَلَقُ الذِّكرِ
“Jika kalian melewati taman-taman surga, maka mampirlah. Para sahabat bertanya: ‘apa yang dimaksud taman surga?’. Beliau menjawab: halaqah dzikir (ilmu)” (HR. Tirmidzi no. 3509, dihasankan Al Albani dalam Ash Shahihah no. 2562).
24. Allah menjadikan ahli ilmu sebagai syahid (saksi) kalimat tauhid
Allah Ta’ala berfirman:
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Allah bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Ali Imraan: 18)
25. Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
العلمِ فريضةٌ على كلِّ مسلمٍ ، وإِنَّ طالبَ العلمِ يستغفِرُ له كلُّ شيءٍ ، حتى الحيتانِ في البحرِ
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim. Dan para penuntut ilmu itu dimintakan ampunan oleh segala sesuatu bahkan oleh ikan-ikan di lautan” (HR. Ibnu Majah no. 224, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no. 3914).
Wallahu a’lam.
Definisi ilmu syar’i
Ilmu syar’i adalah ilmu yang mempelajari tentang syariat yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan:
علم ما أنزل الله على رسوله من البينات والهدى
“(Ilmu syar’i) adalah ilmu tentang apa yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya berupa penjelasan-penjelasan dan petunjuk” (Kitabul Ilmi, 9).
Maka semua ilmu yang mengantarkan kita untuk memahami agama, itulah ilmu syar’i. Adapun yang selain itu maka bukan ilmu syar’i walaupun dikemas dengan “islami”. Oleh karena itu Imam Asy Syafi’i mengatakan:
كل العلـوم سـوى القرآن مشغلة
إلا الحـديث وإلا الفقه في الـدين
العلـم مـا كـان فيـه قال حدثنا
وما سوى ذاك وسواس الشـياطين
“setiap ilmu selain Al Qur’an itu menyibukkan, kecuali ilmu hadits, dan ilmu fiqih. Ilmu adalah yang di dalamnya terdapat perkataan haddatsana, dan yang selain itu hanyalah was-was setan” (Thabaqat Asy Syafi’iyah Kubra, 1/297).
Keutamaan ilmu
1. Allah memuji orang yang berilmu
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”” (QS. Az Zumar: 9).
2. Orang berilmu diangkat derajatnya oleh Allah
Allah Ta’ala juga berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS. Al Mujadalah: 11).
3. Ilmu pada diri seseorang adalah tanda kebaikan
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda,
مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفقِّهْهُ في الدِّينِ
“Orang yang dikehendaki oleh Allah untuk mendapatkan kebaikan, akan dimudahkan untuk memahami ilmu agama” (HR. Bukhari no. 71, Muslim no. 1037).
4. Diridhai dan didoakan oleh para Malaikat
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إنَّ الملائكةَ تضَعُ أجنحتَها لطالبِ العِلمِ رضًا بما يصنَعُ
“Sesungguhnya para Malaikat mereka melebarkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan” (HR. Ibnu Hibban no. 1321, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 6297).
5. Mengalirkan pahala ketika sudah meninggal
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إذا مات الإنسانُ انقطع عنه عملُه إلا من ثلاثةٍ : إلا من صدقةٍ جاريةٍ . أو علمٍ ينتفعُ به . أو ولدٍ صالحٍ يدعو له
“Jika seseorang mati, maka terputuslah amalannya, kecuali tiga hal: sedekah jariyah (yang terus mengalirkan pahala), ilmu yang bermanfaat (yang ia tinggalkan), anak shalih yang senantiasa mendoakannya” (HR. Muslim no. 1631).
6. Karena keutamaannya, dibolehkan iri orang yang berilmu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لا حسدَ إلا في اثنتين : رجلٌ آتاه اللهُ مالًا؛ فسلَّطَ على هَلَكَتِه في الحقِّ ، ورجلٌ آتاه اللهُ الحكمةَ؛ فهو يَقضي بها ويُعلمُها
“tidak boleh hasad kecuali pada dua orang: seseorang yang diberikan harta oleh Allah, kemudian ia habiskan harta tersebut di jalan yang haq, dan seseorang yang diberikan oleh Allah ilmu dan ia memutuskan perkara dengan ilmu tersebut dan juga mengajarkannya” (HR. Al Bukhari 73, Muslim 816).
7. Hamba yang terbaik adalah yang memiliki harta dan berilmu
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إنما الدنيا لأربعةِ نفرٍ ؛ عبدٌ رزقَه اللهُ مالًا و علمًا فهو يتَّقي فيه ربَّه ، و يصِلُ فيه رَحِمَه ، و يعلمُ للهِ فيه حقًّا ، فهذا بأفضلِ المنازلِ ، و عبدٌ رزقَه اللهُ علمًا ، و لم يرزقْه مالًا ، فهو صادقُ النَّيَّةِ ، يقولُ : لو أنَّ لي مالًا لعملتُ بعملِ فلانٍ ، فهو بنِيَّتِه ، فأجرُهما سواءٌ و عبدٌ رزقَه اللهُ مالًا ، و لم يرزقْه عِلمًا يخبِطُ في مالِه بغيرِ علمٍ ، و لا يتَّقي فيه ربَّه ، و لا يصِلُ فيه رَحِمَه ، و لا يعلمُ للهِ فيه حقًّا ، فهذا بأخبثِ المنازلِ ، و عبدٌ لم يرزقْه اللهُ مالًا و لا علمًا فهو يقولُ : لو أنَّ لي مالًا لعملتُ فيه بعملِ فلانٍ ، فهو بنيَّتِه ، فوزرُهما سواءٌ
“Dunia itu untuk 4 orang:
1. Hamba yang diberi rizki oleh Allah berupa harta dan ilmu (agama), ia bertaqwa kepada kepada Allah dengan ilmu dan hartanya, ia gunakan untuk menyambung silaturahim, ia mengetahui di dalamnya terdapat hak Allah, inilah kedudukan yang paling utama
2. Hamba yang diberi rizki oleh Allah berupa ilmu (agama), namun tidak diberi harta. Namun niatnya tulus. Ia berkata: andai aku memiliki harta aku akan beramal sepert Fulan (nomor 1), dan ia sungguh-sungguh dengan niatnya tersebut. Maka antara mereka berdua (nomor 1 dan 2) pahalanya sama
3. Hamba yang diberi rizki oleh Allah berupa harta, namun tidak diberi ilmu (agama). Ia membelanjakan hartanya tanpa ilmu, ia juga tidak bertaqwa dalam menggunakan hartanya, dan tidak menyambung silaturahmi dengannya, ia juga tidak mengetahui hak Allah di dalamnya. Ini adalah seburuk-buruk kedudukan.
4. Hamba yang tidak diberi rizki dan juga tidak diberi ilmu (agama). Ia pun berkata: Andai saya memiliki harta maka saya akan beramal seperti si Fulan (yang ke-3), dan ia sungguh-sungguh dengan niatnya itu, maka mereka berdua (nomor 3 dan 4) dosanya sama”
(HR. At Tirmidzi no. 2325, ia berkata: “hasan shahih”).
8. Terhindar dari laknat di dunia
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ألا إنَّ الدُّنيا ملعونةٌ ملعونٌ ما فيها ، إلَّا ذِكرُ اللَّهِ وما والاهُ ، وعالِمٌ ، أو متعلِّمٌ
“Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu terlaknat. Semua yang ada di dalamnya terlaknat kecuali dzikrullah serta orang yang berdzikir, orang yang berilmu agama dan orang yang mengajarkan ilmu agama” (HR. At Tirmidzi 2322, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).
9. Diberi cahaya di wajah di dunia dan akhirat
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
نضَّرَ اللَّهُ امرأً سمِعَ مَقالتي فبلَّغَها فربَّ حاملِ فقهٍ غيرِ فقيهٍ وربَّ حاملِ فقهٍ إلى من هوَ أفقَهُ مِنهُ
“Allah akan mencerahkan wajah seseorang (di dunia dan di akhirat) yang mendengarkan sabda-sabdaku, lalu menyampaikannya (kepada orang lain). Karena betapa banyak orang yang membawa ilmu itu sebenarnya tidak memahaminya. Dan betapa banyak orang disampaikan ilmu itu lebih memahami dari pada yang membawakan ilmu kepadanya” (HR. Ibnu Majah no. 2498, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).
10. Akan dimudahkan jalannya menuju surga
11. Dimintakan ampunan oleh penduduk langit dan bumi
12. Lebih utama dari ahli ibadah
13. Orang yang berilmu adalah pewaris para Nabi
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَن سلَك طريقًا يطلُبُ فيه عِلْمًا، سلَك اللهُ به طريقًا مِن طُرُقِ الجَنَّةِ، وإنَّ الملائكةَ لَتضَعُ أجنحتَها رِضًا لطالبِ العِلْمِ، وإنَّ العالِمَ ليستغفِرُ له مَن في السَّمواتِ ومَن في الأرضِ، والحِيتانُ في جَوْفِ الماءِ، وإنَّ فَضْلَ العالِمِ على العابدِ كفَضْلِ القمَرِ ليلةَ البَدْرِ على سائرِ الكواكبِ، وإنَّ العُلَماءَ ورَثةُ الأنبياءِ، وإنَّ الأنبياءَ لم يُورِّثوا دينارًا ولا درهًما، ورَّثوا العِلْمَ، فمَن أخَذه أخَذ بحظٍّ وافرٍ
“Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya untuk menuju surga. Dan para Malaikat akan merendahkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu, karena ridha kepada mereka. Dan orang yang berilmu itu dimintakan ampunan oleh semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi, juga oleh ikan-ikan yang ada di kedalaman laut. Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu dibandingkan orang yang ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama dibandingkan seluruh bintang-bintang. Dan para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, Namun mereka mewariskan ilmu, barangsiapa yang menuntut ilmu sungguh ia mengambil warisan para Nabi dengan jumlah yang besar” (HR. At Tirmidzi no. 2682, Abu Daud no. 3641, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
14. Nabi memerintahkan untuk mengikat ilmu
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
قيِّدوا العِلمَ بالكتابِ
“Ikatlah ilmu dengan menulis” (HR. Luwain Al Mashishi dalam Al Ahadits[2/24], Ibnu Syahin dalam An Nasikh wal Mansukh [2/65], Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Al Ilmi [1/72], dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah [2026])
15. Orang berilmu memberi banyak manfaat untuk manusia
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَثَلُ مَا بَعَثَنِى اللَّهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا ، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ ، فَأَنْبَتَتِ الْكَلأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ ، وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ ، فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا ، وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى ، إِنَّمَا هِىَ قِيعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً ، وَلاَ تُنْبِتُ كَلأً ، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقِهَ فِى دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِى اللَّهُ بِهِ ، فَعَلِمَ وَعَلَّمَ ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا ، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ
“Permisalan orang yang mendapatkan apa yang aku diutus dengannya, yaitu al huda (amal shalih) dan al ilmu (ilmu yang bermanfaat), ia bagaikan hujan yang jatuh ke tanah. Ada tanah yang subur, yang menerima air, ia menumbuhkan rumput dan tanaman yang banyak. Ada tanah ajadib yang menahan air, Allah membuatnya bermanfaat bagi manusia. Mereka minum air tersebut dan dijadikan minuman untuk ternak dan ladang mereka. Dan hujan juga jatuh pada jenis tanah yang lain, yaitu qii’an, yang tidak menahan air dan juga tidak menumbuhkan tanaman. Maka tanah yang pertama semisal dengan orang yang memahami agama Allah dan memberikan manfaat pada orang lain berupa ilmu yang aku diutus dengannya, ia berilmu dan mengamalkan ilmunya. Tanah yang kedua semisal dengan orang yang tidak menegakkan kepala kepada ilmu (menerima ilmu tapi, tidak memahami), dan tanah yang ketiga semisal dengan orang yang tidak menerima petunjuk yang aku diutus dengannya” (HR. Al Bukhari no. 79, Muslim no. 2282).
16. Ilmu merupakan karunia yang besar
Allah Ta’ala berfirman:
وَأَنزَلَ اللَّهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُن تَعْلَمُ ۚ وَكَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيمًا
“Dan Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur-an) dan hikmah (As-Sunnah) kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu sangat besar” (QS. An-Nisaa’: 113).
17. Menuntut ilmu merupakah jihad fi sabilillah
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَن دخَل مسجِدَنا هذا لِيتعلَّمَ خيرًا أو يُعلِّمَه كان كالمُجاهِدِ في سبيلِ اللهِ ومَن دخَله لغيرِ ذلكَ كان كالنَّاظرِ إلى ما ليس له
“Barangsiapa yang memasuki masjid kami ini (masjid Nabawi) untuk mempelajari kebaikan atau untuk mengajarinya, maka ia seperti mujahid fi sabilillah. Dan barangsiapa yang memasukinya bukan dengan tujuan tersebut, maka ia seperti orang yang sedang melihat sesuatu yang bukan miliknya” (HR. Ibnu Hibban no. 87, dihasankan Al Albani dalam Shahih Al Mawarid, 69).
18. Termasuk manusia terbaik
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خيرُكم مَن تعلَّم القرآنَ وعلَّمه
“Yang terbaik di antara kalian adalah yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari no. 5027).
19. Allah Ta’ala membedakan orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” (QS. Az Zumar: 9).
20. Allah tidak memerintahkan Nabi-Nya untuk meminta tambahan sesuatu kecuali ilmu
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
“Katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu” (QS. Thaha: 114).
21. Ilmu membuahkan rasa takut kepada Allah
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).
22. Ilmu membuat pemiliknya jauh dari cinta dunia, dan sadar bahwa akhirat adalah tujuan
Allah Ta’ala mengisahkan tentang Qarun:
فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ
“Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar“” (QS. Al Qashash: 79-80).
23. Majelis ilmu disebut sebagai taman surga
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إذا مررتُم برياضِ الجنَّةِ فارْتَعوا قال : و ما رِياضُ الجنَّةِ ؟ قال : حَلَقُ الذِّكرِ
“Jika kalian melewati taman-taman surga, maka mampirlah. Para sahabat bertanya: ‘apa yang dimaksud taman surga?’. Beliau menjawab: halaqah dzikir (ilmu)” (HR. Tirmidzi no. 3509, dihasankan Al Albani dalam Ash Shahihah no. 2562).
24. Allah menjadikan ahli ilmu sebagai syahid (saksi) kalimat tauhid
Allah Ta’ala berfirman:
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Allah bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Ali Imraan: 18)
25. Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
العلمِ فريضةٌ على كلِّ مسلمٍ ، وإِنَّ طالبَ العلمِ يستغفِرُ له كلُّ شيءٍ ، حتى الحيتانِ في البحرِ
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim. Dan para penuntut ilmu itu dimintakan ampunan oleh segala sesuatu bahkan oleh ikan-ikan di lautan” (HR. Ibnu Majah no. 224, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no. 3914).
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar